Rabu, 29 Desember 2010

Game Plants VS Zombies

Plants vs Zombies

Para gamers pasti kenal dengan game Plants Vs Zombies yang satu ini. 
Gag membosankan memang, bikin saya ketagihan buat ngebunuhin zombie-nya. Apa yang bikin saya ketagihan, karena disetiap levelnya pasti ada Zombies yang berbeda.  Yang bikin saya jengkel saat main game ini, kalau si Jacko; Michael Jackson datang bawa penari latarnya buat makan otak saya. 
What? Bukan otak saya, tapi otaknya si CrazyDave yang pake topi panci itu. 
Cara kerja game ini sama halnya dengan menara pertahanan yang dikembangkan dan aslinya diterbitkan oleh PopCap Games untuk Microsoft Windows dan Mac OS X sistem.


Permainan ini melibatkan pemilik rumah menggunakan banyak jenis tanaman untuk menghentikan segerombolan zombie agar tidak melahap otak warga. Pemilik rumah, bersama dengan tetangganya yang disebut Crazy Dave, harus mempertahankan rumah saat siang atau malam, baik itu di halaman depan dan halaman belakang (yang berisi kolam renang), dan bahkan di atas atap. Game Ini pertama kali dirilis pada tanggal 5 Mei 2009 dan tersedia.
 

Pemain mulai dengan sejumlah paket benih yang mereka dapat digunakan saat tingkat paling awal. Benih baru diperoleh dengan menyelesaikan level demi level. Sedangkan jumlah slot dapat ditingkatkan melalui pembelian dengan mengumpulkan koin dalam game. Pada tingkat awal, pemain ditampilkan berbagai jenis zombie untuk mengharapkan dan diberi kesempatan untuk memilih bibit paket untuk memperhitungkan tingkat. 

Dalam rangka menanam benih, pemain harus mengumpulkan jumlah tertentu sinar matahari. Sinar matahari dihasilkan oleh tanaman yang memberikan sinar matahari secara berkala, atau secara otomatis dihasilkan secara teratur untuk pemain selama kadar siang hari. Benih paket juga mengalami keterlambatan waktu singkat sebelum benih yang sama dapat ditanam lagi. Beberapa tanaman aktif di malam hari, seperti jamur, memiliki biaya lebih rendah dan sinar matahari sangat ideal untuk tingkat malam hari, namun akan tetap tertidur selama tingkat siang hari kecuali dibangunkan oleh biji kopi. Di tingkat "halaman belakang" yang mencakup kolam renang, benih harus ditanam di atas bantalan teratai di ruang air, sementara di tingkat atap, semua biji harus ditanam di pot bunga.

Setelah semua level permainan diselesaikan hingga level Survival, dan semua medali udah terkumpul, kamu akan diberikan sebuah Grandprice, Video Lucu. Jadi, saat main game ini ada sesuatu yang harus kamu kejar dan dapatkan. Dan terakhir kerjaan kamu cuma ngumpulin koin dan nyiram tanaman trus ngebesarin 'Pohon' yang kamu rawat mulai dari benihnya. Mau nonton video lucunya kayak apa ?
Lagunya bisa kamu Download disini..





Tertarik dan ingin main game ini, silahkan download disini :


Selasa, 28 Desember 2010

Ekspresi Orang- Orang Tersayang

Wwwaahh.. Apa foto ini layak saya posting ?
Menurut saya boleh- boleh aja..
Berikut ekspresi orang- orang terdekat yang gag sadar fotonya saya ambilin..

Tiya nakal lagi maen game bareng abang saya, Anggi
Boby dan Novry, temen sekampus saya, pada kemana kalian teman..

Foto ini, T_T' Pembimbing saya Pak Ronal, waktu saya masih ngefans banged

Hahahaa.. Papa yang tetap menjadi no.1 di keluarga saya

Iya dan Haris, saya juga gag tau mereka ngapain, tapi saya sempat jepret mereka di timeline yang pas

Oji dan Iya, mereka gag tau, body belakangnya saya jepretin

Wigy dan Haris, saya suka foto ini, natural

Qarapay, sahabat saya yang gag tau sekarang lagi dimana

Mama.. I Love U Until The End

Papa lagi ngobrol noh ama temennya, gag penting yahhh.. ^_^'

Febi dan Iya, ini saya juga suka banged, natural dan fresh

Yang satu ini yang paling saya suka, I Love U my Husband

Awan UVO di Langit Bukittinggi

Baru- baru ini, waktu saya lagi nongkrong, 'ceileeehh nongkrongg..' gag sih, lagi nyantai dibelakang rumah, saya menangkap sosok yang sangat misterius. Kayaknya gag tepat kalo saya bilang sosok, lebih tepat lagi kejadian aneh dan kekuasaan Allah SWT. Di Bukittinggi, Sumatera Barat tanggal 11/12/2010 sekitar pukul 5 sore dihebohkan oleh hadirnya awan UVO dilangit.

Awan UVO ? Yyaa.. Dillihat sekejab mata memang sedikit banyak mirip UVO yang diperkenalkan oleh para ahli asal Rusia ini. Tapi semakin saya amati, awan itu lebih mirip LOVE, jadi saya memberi nama awan ini dengan awan LOVE.

Awalnya ketika melihat kejadian aneh bin langka bin ajaib ini 'allaayyyy...' membuat saya kagum. Segera saya beritahu mama, dan papa. Akhirnya inisiatif pun muncul, "Apa gag sebaiknya saya jepret aja tu awan LOPE?", dan akhirnya dengan cepat saya berlari ngambil Handphone dan jepretin tu awan, mulai dari bentuknya yang biasa aja, sampe yang bentuknya yang so Awesome..!!!

Penasaran sama awanya ?
Hhhmmm... Dari awal perbincangan, saya sudah bilang bahwa foto ini diambil saat saya lagi nyantai di belakang rumah, alhasil inilah di foto UVO yang saya dapat. Atap sama Parabola jelek cuma objek yang ikut terfoto. Maklum lah, supaya terlihat keaslian foto jepretan saya. Saya juga nambahin beberapa foto awan yang menarik lainnya.

Awan Terbelah
Awan Terbelah
Sunset
Awan Mirip Kapal
Awan UVO/ Awan LOVE
Awan Aneh
Awan UVO
Awan Langka



Awan UVO

   

Gimana tanggapan kamu semua dengan Keajaiban Langka ini? Allah SWT lagi- lagi memperlihatkan kekuasaannya yang begitu indah bukan.

An Honest Mistake The Movie





Anak Daro Jo Marapulai

Heeyyy...
Malam semakin larut, seperti malam- malam sebelumnya, saya masih terbangun mengerjakan ini itu, Tugas Akhir yang masih berserakan. Masih memikirkan alasan yang tepat untuk mengerjakan ini itu lagi.. Hhaahh.. (Ngomong apa sih saya ini.. ngawuurr bin ngayaalll lageee..)
Okey, Posting kali ini berhubungan dengan Anak Daro jo Marapulai urang Minangkabau. Lalu apa hubungannya dengan malam yang semakin larut ? Gag ada, ini cuma hal yang gag ada hubungannya dengan Liberatisme seseorang yang suka mencampuradukkan dengan kenyataan. Yaa tuhan.. saya tambah ngawurrr..

Anak Daro itu apa sih?
Kalo kamu dengar kata- kata anak Daro, bagi yang asli Minangkabau pasti gag akan ragu lagi menjawab pertanyaan aneh ini. Jika mendengar "Anak Daro" kira- kira apa yang terlintas dipikiran kamu ?
Bisa Suntiang/ sunting, Pelaminan, Gelang bangkak, Malam bainai, Pepatah niniak mamak ?
Jadi Anak Daro sama halnya dengan mempelai wanita. Sedangkan Marapulai adalah mempelai pria yang telah memenuhi syarat dan hukum nikah, juga adat istiadat yang berlaku.

Kiri ke kanan : Bang Randy, Kak Sari, saya, dan Adek saya, Tiya

Promo ? Yaapp.. yang jelek pake kebaya coklat maksa banged itu adalah sosok saya. Apa yang kurang dari Anak Daro dan Marapulai di Atas ? Tentu aja.. Pelaminannya mana?

Nah, berhubung bang Randy nikahnya sama wong Jowo, yang setelah saya amati sering ngomong gini, maaf ya sebelumnya karena sedikit mengusik ketentraman community Jowo. Ekhheemm.. Alayy "Neng kono neng kene, la wong tresno karo koe". Lhaa.. saya kurang paham gimana penulisannya. Ya, kira- kira pengucapannya seperti itu kali ya.. Jadi Saat itu, di rumah mempelai wanitanya gag ada pelaminan, cuma yaa.. yang seperti terlihat diatas, sederhana banged menurut saya.

Okey, karena saya asli Minangkabau, akan saya tuangkan sedikit keahlian saya..
Ekkheemm...
"Nan nasi lah talatak... nan samba lah tahidang.. nan lapiak lah takambang.. nan rokok lah tapatiak..."
Kira- kira seperti itu pembukaan atau suguhan yang disampaikan oleh niniak mamak, saya kurang tau pasti. yyaa.. Kira- kira seperti itu.. ^_^'

Okey lagee..
Sunting ? Tau kan, sunting adalah hiasan atau aksesoris yang dipakai oleh pengantin wanita pada perhelatan perkawinannya, atau istilah di Minang disebut "Baralek".
Sunting sendiri dibuat oleh para pengrajin yang sebagian besar berasal dari Kampung Pisang. Naahh.. Weitss.. Tunggu dulu, jangan tanya soal kampung pisang dulu, nanti akan saya bahas di entri berikutnya. Baca sampai tuntas ya..

Sunting bermacam- macam pula model dan ukurannya. Mulai dari sunting TK, SD, Sumandan, Sunting Solok, ada lagi Takuluak Tanduak, Sunting Karang, yang harganya bisa 2 jutaan, yang beratnya kilo-an. Dahulu nenek moyang minangkabau menggunakan sunting yang beratnya sampai kilo-an yang bahan dasarnya emas.

Sunting Karang Ni Liza Toko Bunda
Saat ini, sunting dapat dikelompok atas 3 macam berdasarkan bahan dasar pembuatannya. Pertama, bahan dasar loyang, bahan dasar plastik, dan bahan dasar karang. Dibuat dengan sangat teliti oleh pengrajin yang sudah terampil. Disusun satu persatu membentuk rangkaian yang telah disesuaikan dengan kerangka kawat dan seng atau aluminium yang sudah dibuat sebelumnya. Yang disusun pada rangkaian kawat itu disebut mansi, jurai- jurai dan bungo. Memasang mansi disesuaikan dengan sunting yang akan dibuat. Besarnya sebuah suntiang diukur dengan jumlah mansi atau kawat. Suntiang paling besar ukurannya 25 mansi, kemudian 23 mansi, dan 21 mansi yang paling umum dipakai saat ini. Sedangkan suntiang yang lebih kecil yang biasa dipakai pelajar untuk ikut karnaval peringatan 17 Agustusan dan acara lainnya. Itu ukuran 19 mansi untuk siswi SLTA, 15 mansi untuk SLTP, dan 13 mansi untuk SD, dan 9 mansi untuk Taman Kanak-kanak.

Si Tiya nakal maksa banged make barang dagangan mama buat ikutan karnaval deket rumah T_T'

Ukurannya pun sangat beragam, baru- baru ini sunting dapat dibuat kurang lebih dengan diameter 1 meter. Hhhee, ini pengalaman saya pribadi, sunting ini dipesan terlebih dahulu ke yang buatnya, mama dan papa ^_^' I Love U..

Informasi Penting Alamat Toko : Komplek depan Terminal Aur Kuning Blok A, Bukittinggi, Sumatra Barat. "Menjual, Menyewakan Pakaian Penganten dan Pelaminan Padang Minangkabau Lengkap". ^_^' Selamat berkunjung..
Informasi lebih lanjut hubungi saya.. Achy Bachtiar..

Jelas sudah Tujuan saya entri tulisan yang judulnya Anak Daro jo Marapulai ini, sebagian besar juga untuk melakukan promo usaha keluarga saya. Iseng- iseng berhadiah.. Kali aja ada yang berminat, ya gaagg.. Sekalian bantu- bantu mama papa mengekspos barang dagangan.

Lihat gambar Pelaminan dan Sunting yang barusan saya ceritain yahhh..

Pasang Pelaminan


Sunting Gede Yang Sering di pesan Wong Bali


Tatapan Wajah

Pernahkah Kamu Menatap Orang- Orang Terdekat Saat Ia Sedang Tidur  ? 

Kalau belum, cobalah sekali saja menatap mereka saat sedang tidur. Saat itu yang tampak adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur dari seseorang. Seorang artis yang begitu cantik dan gemerlap pun bisa jadi akan tampak polos dan jauh berbeda jika ia sedang tidur. Orang paling kejam di dunia pun jika ia sudah tidur tak akan tampak wajah bengisnya. Perhatikanlah ayah kamu saat beliau sedang tidur. Sadarilah, betapa badan yang dulu kekar dan gagah itu kini semakin tua dan ringkih, betapa rambut- rambut putih mulai menghiasi kepalanya, betapa kerut merut mulai terpahat di wajahnya. Orang inilah yang tiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan kita, anak- anaknya. Orang inilah, yang rela  melakukan apa saja asal perut kita kenyang dan pendidikan kita lancar.   

Sekarang, beralihlah. Lihatlah ibu kamu. Hmm... Kulitnya mulai keriput  dan tangan yang dulu halus membelai- belai tubuh bayi kita itu kini kasar karena tempaan hidup yang keras. Orang inilah yang tiap hari mengurus kebutuhan kita. Orang inilah yang paling rajin mengingatkan dan mengomeli kita semata- mata karena rasa kasih dan sayang, dan sayangnya, itu sering kita salah artikan.
 
Cobalah menatap wajah orang-orang tercinta itu... Ayah, Ibu, Suami, Istri, Kakak, Adik, Anak, Sahabat, Semuanya... Rasakanlah sensasi yang timbul sesudahnya. Rasakanlah energi cinta yang mengalir pelan- pelan saat menatap wajah lugu yang terlelap itu. Rasakanlah getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa banyaknya pengorbanan yang telah dilakukan orang- orang itu untuk kebahagiaan kamu. Pengorbanan yang kadang tertutupi oleh kesalahpahaman kecil yang entah kenapa selalu saja nampak besar. Secara ajaib Tuhan mengatur agar  pengorbanan itu bisa tampak lagi melalui wajah- wajah jujur mereka saat sedang tidur. Pengorbanan yang kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan. Dan ekspresi wajah ketika tidur pun mengungkap segalanya. Tanpa kata, tanpa suara dia berkata "betapa lelahnya aku hari ini". Dan penyebab lelah itu ? Untuk siapa dia berlelah-lelah ? Tak lain adalah kita. Suami yang bekerja keras mencari nafkah, istri yang bekerja keras mengurus dan mendidik anak, juga rumah. Kakak, adik, anak, dan sahabat yang telah melewatkan hari- hari suka dan duka bersama kita.
 
Resapilah kenangan- kenangan manis dan pahit yang pernah terjadi dengan menatap wajah- wajah mereka. Rasakanlah betapa kebahagiaan dan keharuan seketika membuncah jika mengingat itu semua. Bayangkanlah apa yang akan terjadi jika esok hari mereka "orang-orang terkasih itu" tak lagi membuka matanya, selamanya ... 

Senin, 27 Desember 2010

An Honest Mistake Sinopsis

Indie Film.. 
Apa film garapan saya bisa dibilang Indie Film..?
Ngarepp bin ngayaall.... ^_^'

Iseng- iseng.. Ngasah bakat jadi sutradara gag salah kan.. Semoga sutradara terkenal diluar sana membaca blog saya, dan merekrut saya jadi asistennya juga gag apa, sekalian cari pengalaman.
Ini film bisa dibilang film ecek2 yang lumayan dapet "standing applause" di kelasnya pak Budhi Bachtiar, dosen Multimedia saya.
Jiahahaa.. Saya bisa dibilang pengakuan tanpa bukti kali yahh.. Biarpun gitu, saya cuma sharing aja kok. Disimpan di laptop, pasrtisinya udah nyaris penuh.. (maksa banged siihhh... ^_^').. Tapi yahh.. Gimanapun ini hasil kerja keras saya selama hampir 2 bulan. Yyaahh, kalo akhirnya gag di promoin, ngapain juga capek- capek bikin.. ya gagg...

Okee.. Ini saya kasih sinopsis filmnya..
Di baca dan disimak ya.. Jangan cuma baca tapi gak disimak percuma lhoo.. Ngabisin tenaga juga kalo bacanya ampe 2 kali.

An Honest Mistake

An Honest Mistake 
Kisah pilu yang mengharukan penuh perjuangan, kerja keras dan dibubuhi kebohongan. Dia Ade, diperankan oleh saudara sepupu terdekat saya, Adekamaru Bachtiar, T_T' maklumlah, pembuatan film pendek ini hanya dilakukan oleh saya, Achy Bachtiar dan dia, karena pikiran kami dan ide- ide kami yang cemerlang.

Lanjut ya.. Ade yang dikala itu tengah terbentur kesulitan ekonomi dan kewalahan membiayai kuliahnya. Tanpa sepengetahuan sang Ibu yang saat itu baru dia dapati tengah terbaring di Rumah sakit membawanya ke masalah baru. Hari- hari dan pikirannya terbagi untuk berbagai kegiatan dalam rangka mengumpulkan dana biaya rumah sakit sang Ibu. 

Setiap hari, hilir mudik mendatangi satu rumah kerumah yang lainnya untuk bekerja sebagai pembantu part time. Tak ada yang tahu apa yang tengah diderita oleh Ade. Yang ada dibenaknya, hanya bekerja, kuliah yang amburadul, dan sang Ibu yang terbaring sakit.

An Honest Mistake Cover
Kerja keras Ade, dan kebohongan yang selama ini dia lakukan ternyata tak membuahkan hasil. Ibu yang sangat dia sayangi, yang sangat dia cintai akhirnya pergi untuk selamanya.



Nonton thriller nya dulu disini..



Jalan Cinta - Irreplaceable Love - Part 2

 “Apa yang kau pikirkan? Kau kaget saat aku memanggilmu Pee? Ada apa dengan panggilan itu? Apa ada yang aneh?”
Tentu saja aku merasakan hal itu. Akupun tau pasti bahwa dia menyadari itu. Panggilan itu, panggilan kasih sayangku dan dia. Kenapa Niko bisa- bisanya mengucapkan panggilan itu.
Beberapa menit berlalu. Aku tak menjawab ketiga pertanyaannya. Sayup- sayup terdengar menjauh.
“Iya kek, hati- hati”
Apa, kemana kakek tadi. Aku hanya terdiam beberapa menit saja, kenapa kakek itu pergi, ada apa.
“Hey, lagi- lagi, ada apa denganmu?”
Aku tak tau semua ini. Begitu berkecamuk dipikiranku. Semua terasa berlalu begitu cepat tanpa kusadari. Aku tak ingin melalui malam ini begitu saja. Aku ingin tau siapa Niko sebenarnya. Sebentar kakek itu hadir dihadapanku. Sebentar dia menghilang. Niko pun demikian. Beberapa detik tadi dia masih berada jauh disana.  Dan sepersekian detik kemudian dia hadir didepan mataku. Menakjubkan memang untukku.
Malam itu, kupandangi sekitarku. Malam dingin kurasakan menusuk ketulang. Niko datang membawakan secangkir teh hangat padaku. Aku kembali merasakan hal yang sama ketika terbangun siang tadi.
Dia memintaku menceritakan semuanya. Dengan tenang aku berusaha meyakinkan dirinya.
Beban ini adalah tanggunganku, begitu pikirku. Sayup- sayup terdengar, kantukku begitu menyiksa rasanya. Niko mengambilku, kali ini dia menyandarkanku di pundaknya yang kekar itu. Berkali- kali aku merasakan hal ini begitu menyenangkan. Suasana yang sunyi terasa sangat menyentuh hati dan jiwaku.
Suaranya bergetar saat menyatakan keinginannya untuk membantuku.
“Aku akan menjadi dia yang telah pergi meninggalkanmu. Aku tak akan membuatmu bersedih lagi. Semua ini adalah kehendak yang kuasa. Selanjutkan kau adalah tanggung jawabku. Karena ini adalah permintaan darinya”
Begitu aku mendengar kalimat itu sayup- sayup didalam lamunan tidurku. Dingin terasa menusuk ketulangku hingga akhirnya aku tersadar dari tidurku. Tanpa sadar lagi aku berada dipangkuan Niko. Namun kenapa terasa begitu dingin.
Kubangunkan Niko dari tidurnya. Dan memintanya masuk kerumah bersamaku. Niko sangat memanjakanku, memberikan fasilitas tempat tidur padaku.
Dingin  terasa begitu hebatnya. Terbangun dari tidurku di kala subuh telah masuk. Namun sang surya tak jua menunjukan dirinya. Aku berpikir sejenak tentang semua yang terjadi hari kemaren. Aku sungguh penasaran pada Niko.
Pagi itu, aku mencoba membalas segala jasa yang telah diberikannya padaku. Terkaget aku bukan main. Pagi itu, pagi yang sangat aneh bagiku. Aku merasa hal yang sama terulang untuk kesekian kal. Namun kali ini ada yang berbeda. Niko berdiri dengan wajah tampannya. Bersih, rapi, dan dengan sebilah pisau ditangan kanannya. Memandangku tajam sambil tersenyum. Gemetar hingga ketulang kurasakan saat melihat semua yang ada di pagi itu. Teringat cerita- cerita orang tentang kanibalisme. Takut bukan main aku rasakan. Yang terlihat begitu nyata rasanya. Sebuah api dan tungku telah mendidih. Dan aku tak tau apa isi tungku itu. Pikiranku mulai berkecamuk lagi. Aku berusaha tetap tenang dan tidak menampakkan rasa gugupku. Niko mendekatiku, membawa pisau itu, dan.  
Pagi terasa begitu menyegarkan. Aku berjalan menusuri jalan tempat itu lagi. Suara ribut binatang liar tak lagi terdengar. Tempat itu kembali diselubungi kabut tebal seperti hari kemaren. Dengan perut kenyang aku berjalan dengan tenang.
Niko memang pria yang pandai disegala bidang. Pria yang seperti ini sungguh idaman kaum hawa.
Begitu aku berfikir tentangnya. Dalam lamunanku, aku mencoba terus melangkah kedepan. Memahami semua jalan yang kemaren aku lalui. Berharap dapat bertemu malaikat itu lagi. Berpikir lagi, bagaimana Niko telah meyakinkan diriku kemaren.
“Aku akan menjadi dia yang telah pergi meninggalkanmu. Aku tak akan membuatmu bersedih lagi. Semua ini adalah kehendak yang kuasa. Selanjutnya kau adalah tanggung jawabku. Karena ini adalah permintaan darinya”
Apa kata- kata yang kemaren itu sungguh ucapannya yang nyata atau hanya hayalan dimimpiku saja. Apa yang aku rasakan ketika berada didekatnya, terasa begitu nyaman. Aku merasa terlindungi disampingnya.
Berharap aku akan malaikat yang menari- nari itu mengajakku juga.
Sayang, kau tau ini begitu berat. Begitu sakit untukku menghadapi ini. Begitu menyayat relung hatiku yang terdalam.
Terus melangkah lagi. Aku mencoba berhenti di satu titik dimana aku dapat melihat hijaunya danau dibalik bukit ini. Berpikir apakah ada seseorang disana. Berpikir apa yang dia lakukan ditempat itu.
Hatiku bergetar, bulu remangku berdiri. Menandakan sesuatu yang aneh mengikutiku. Perlahan aku merasakan satu sentuhan. Terasa begitu nyata. Dengan wajah pucat, dingin dan gemetaran aku berusaha melewati tempat kemaren aku bertemu dengan kakek tua yang mengenal Niko itu. Berusaha menghilangkan rasa takutku. Menghangatkan diriku dengan kedua telapak tanganku yang nyatanya sudah terasa pucat. Diketakutanku, aku berlari, berlari mendaki bukit itu.
Belum sampai aku disana, seseorang menarikku. Mengambil diriku kembali turun. Kali ini dia mebawaku ke tepi danau. Tanpa bertanya, aku sudah mengenal bau khasnya.
“Kau tak perlu kesana lagi. Akan sia- sia semua kerjamu itu. Tak ada gunanya kau kesana. Yang kau butuhkan adalah keluar dari semua ini. Keluar dari ketidaksanggupanmu. Berkali- kali kubilang. Kau tak perlu mencarinya lagi. karena aku ada untukmu. Aku ada untuk menjagamu. Aku ada karenamu. Karena kau adalah tanggung jawabku”
Berhenti kami ditepian danau. Memandang jauh aku kesetiap sudut danau itu. Tak seorangpun disana. Sejenak aku berpikir. Kenapa tempat seindah ini tak didiami seorangpun. Seorangpun kecuali Niko, dan kakek tua yang aku temui. Kemana semua orang, kemana orang- orang yang lain, kenapa berbeda sekali dengan kampungku. Desa ini begitu aneh. Desa ini begitu menyimpan banyak rahasia.
Aku mulai berpikir dengan semua perkataanya. Aku mulai berpikir akan keanehan itu. Kali ini aku mencoba menelannya kebenakku.
“Apa yang kau tau? Sedikit pun kau tak pernah tau siap aku, kau tak kan pernah memahami diriku”
Tanpa menghiraukan perkataanku, Niko menggenggam dan menarikku kembali kerumah itu. Seperti dia tau dengan yang kurasakan. Kembali dia menarikku lagi, lagi, dan lagi. Aku mengikuti langkahnya. Mengikuti gerak tangannya.
Niko, semoga semua ucapanmu bukan hayalanku. Bukan hanya janjimu untuk menghibur diriku. Semoga semua ini bukan mimpi. Dan jika itu mimpi, tolong bangunkan aku lekas”
“Aku berjanji. Ini bukan mimpi. Bukan hayalanmu. Aku bukan pria hayalanmu bukan. Ini janji yang kubuat bukan hanya untuk menghiburmu. Aku tak akan membangunkanmu karena ini semua nyata”
Aku terperangah mendengar Niko. Membuatku semakin penasaran. Bagaimana mungkin. Jangan lagi buat aku penasaran Niko. Sejenak aku mulai menerawang lagi.
Apa Niko tau semua isi hatiku. Apa dia punya indra keenam. Kekuatan, atau magis macam apa yang dia miliki sebenarnya.
“Niko, aku mohon, tolong jawab rasa penasaranku ini”
Sejenak Niko berbalik.
“Baiklah !!!”
Niko menghentikan langkahku. Berhenti dan menjelaskan semuanya padaku. Perlahan dia mulai buka suara. Memintaku agar tidak berfikir yang aneh- aneh.
“Aku hanya orang yang biasa saja. Aku bahkan tak punya kelebihan seperti yang kau bayangkan. Aku mengikutimu kemanapun kau melangkah selama 2 tahun ini. Aku berusaha mendekatimu. Namun itu nihil. Aku mencoba menghubungimu pada semua teman- temanmu. Merekapun merasa kau telah berubah selama 2 tahun ini. Dihari pernikahanmu, dihari dimana hari itu akan menjadi hari yang paling berharga buatmu. Aku, aku orang yang berdosa ini. Orang yang selama ini kau cari. Orang yang selama ini kau kutuk, mencoba membersihkan dosa- dosanya”
Terdiam aku mendengar Niko bicara. Dalam hati aku berkecamuk. Pandanganku terasa berkunang- kunang. Kata- katanya terngiang- ngiang diotakku. Waktupun terasa berhenti sesaat.
“Niko, orang ini, orang ini yang selama ini aku..”
Dunia terasa berhenti berputar. Dia orang yang membuatku jadi seperti ini. Dia orang membuatku hancur selama ini.
“Kau, kau telah menyakitiku selama ini. Kau telah membuatku mati selama ini. Kau tau, begitu sakitnya aku. Hingga untuk hidup pun aku tak sanggup”
Aku sungguh tak kuasa menahan air mata yang jatuh berlinangan. Berlari meninggalkan Niko yang kala itu tengah menyesali perbuatannya. Tanpa mengejarku, meninggalkanku berlari sendirian. Berlari kebukit itu, berharap para malaikat menyaksikan semua yang kualami. Berharap malaikat mau memberikan kesempatan kedua pada kami.
Sampai aku dibukit tempat para malaikat menari- nari itu. Siang pun terasa berubah sekejab. Berubah menjadi gelap. Berharap dia mau menerangkan padaku atas semua ini. Berharap dia dapat memberitahuku kenapa orang ini yang kau kirimkan padaku. Kenapa baru sekarang.
Tanpa aku sadari, 2 jam berlalu. Air mataku mengalir tanpa henti. Tanpa henti mengenang semua hal yang selama ini terjadi.
Langkahnya terdengar berat. Tak sama ketika dia mengambilku seperti kemaren. Terdengar suaranya yang khas. Terdengar dia bicara padaku dengan nada yang memang tak pernah kudengar selama mengenalnya.
“Saat itu, ketika Viky akan menghadiri pernikahan kalian. Pagi itu, dia sangat terburu- buru. Saat aku mengendarai mobilku, dia dengan mobilnya dengan sebegitu kencang hingga kejadian itu berlangsung. Akupun masih ingat dengan jelas pancaran wajahnya dari kejauhan ketika itu. Saat tabrakan itu terjadi, dia terhempas keluar dari mobilnya. Namun aku selamat, karena saat itu aku terhempas ketumpukan pasir. Aku berusaha mengejarnya. Menyelamatkannya bersama teman- temanku. Saat itu yang kulihat, digenggamanya sebuah telpon genggam dengan display picture dirimu. Aku menyadari saat itu kalian akan melakukan resepsi pernikahan karena aku melihat ketikan pesannya yang belum sempurna. Kuharap semua penjelasanku dapat kau terima”
Penjelasan panjang yang membuat jantungku terasa berhenti. Seakan ingin aku menyusulnya, mengakhiri hidupku, menebus kesalahanku. Aku merasakan hal yang tak pernah kurasakan sebelumnya.
“Ini salahku, kesalahanku, kesalahanku”
Begitu otakku menerima penjelasan Niko.
“Saat itu, dirumah sakit. Ketika kau belum sampai disana. Viky sempat bicara padaku. Memintaku, memohon padaku untuk membuatmu selalu bahagia. Membuatmu keluar dari kehancuran. Begitu yang dia sampaikan. Seolah memahami kau yang dia cintai tak sanggup kehilangan dirinya. Kau tahu, begitu besar cinta Viky hingga diakhir hidupnya pun, kau tetap ada difikirannya”
“Ini salahku.. Saat itu, saat dia tak jua datang, aku menelfon, megirim pesan padanya. Apa saat itu, saat dia membalas pesanku. Apa saat itu benar? Aku, aku ingin mengembalikan semuanya sekarang. Aku ingin kembali kemasa itu. Aku, aku sangat menyesalkan hari itu. Kenapa aku berbuat begitu. Kenapa aku tidak sabar. Kenapa aku tidak menunggunya dengan sabar saja”
ini benar- benar menusuk jantung. Menusuk hingga ke hulu jantungku yang paling dalam. Ingin aku memohon pada tuhan untuk kembalikan waktu kemasa itu.
“Aku ingin mati.. Aku ingin mengikutinya. Meminta pada malaikat agar membawaku bersamanya”
“Kau tidak harus melakukan itu. Saat ini kau adalah tanggung jawabku sepenuhnya. Kau tahu, setelah kejadian hari itu. Aku terus mencarimu. Aku dihantui rasa bersalah. Ingin aku menjelaskan padamu, namun tak ada waktu yang tepat untuk itu. Dan kemaren, ketika aku mengikutimu. Ketika kau berencana menenangkan diri disini. Aku berusaha mengikutimu. Mengikuti langkahmu, dikabut tebal, dirumahmu, dipemakaman Viky, disemua tempat yang kau kunjungi. Semuanya, tanpa terlewatkan”
“Aku pun baru menyadari akan hal itu. Menyadari selama ini. Perasaan diikuti oleh seseorang. Seseorang yang selama ini kukira dia. Ternyata kau, ternyata selama ini kau menghantuiku. Menghantui dengan perasaan bahwa dia masih ada”
“Semoga kau mampu menerima semua ini dengan hati terbuka.”
Terdiam aku melihatnya, melihat tatapannya yang begitu tulus. Tatapan yang tlah dibasahi air mata. Seorang pria dewasa sepertinya. Begitukah dia, itukah dia.
“Niko, kaukah orang yang ada dalam mimpi- mimpiku selama ini?”
Sebentar aku tak mampu menerima semuanya, namun kian lama aku mencoba menelaahnya ke otakku.
“Niko”
Kusebut namanya. Itu Niko. Nama yang selama ini diberitahunya dimimpi- mimpiku. Dia memintaku menerimanya, melepaskan semua kegundahanku pada nama itu. Melepaskan semuanya.
Rangkulannya begitu khas, begitu kuat, dengan aroma tubuhnya.
“Semoga hidup denganku dapat menghapus masa- masa kelammu. Semua ini bukan hanya rasa simpatiku. Tapi rasa sayangku yang begitu besarnya. Karena ku tahu Viky tak akan menyayangi wanita yang salah, wanita kuat yang tegar sepertimu”

The End

Jalan Cinta - Irreplaceable Love - Part 1

           Udara segar masuk dan menusuk ke paru- paruku. Dengan tenang aku berjalan menusuri tepian jalan yang sepi tanpa seorang pun terlihat. Dari kejauhan, kudengar suara langkah terengah- engah. 10 Meter langkah tersebut terdengar begitu terburu- buru. Dengan erangan suara yang keras dan khas 5 meter mulai mendekatiku. Sesosok pria tua dengan kayu yang telah terbelah terikat kuat di pundaknya. Kusampaikan senyum pagiku padanya, agar tetap kuat menopang beban itu.

Embun pun semakin pekat dan tebal. Tanpa rasa takut aku tetap berjalan menusuri turunan yang mulai terjal.
“Orang tua yang kuat..”
Menoleh aku kebelakang tanpa ada perasaan aneh. Tak terlihat seorang pun setelah beberapa waktu aku melangkah. Kakek tua yang kuat dan ramah itu sekejab menghilang.
Aku kembali melangkah menusuri jalan. Menusuri tebing curam, dipenuhi rumput liar yang tingginya 2 meter. Begitu tingginya hingga aku tak mampu menengok apa yang ada diseberang rumput itu.
Dari balik embun yang begitu tebal, secercah cahaya yang menyilaukan masuk menembus.
Kudekati embun itu dengan penasaran tinggi dan menyibaknya bagai menyibak sehelai kain. Seorang pria dengan sebuah cahaya lampu yang menerangi langkahnya berjalan dari ketinggian tebing. Sejenak pikiranku terbayang pada kakek tua yang tadi berpapasan denganku. Namun kali ini tak terjadi hal aneh. Bulu remangku pun tak bertindak seperti sebelumnya saat aku bertemu kakek tua yang misterius itu.
Dengan wajah pucat, tatapan penuh rahasia, dan pakaian yang begitu rapi, pria itu menyapaku. Menyebut namaku, hingga tersentak aku dari lamunan memandangnya.
Dia mengenalku, siapa pria yang misterius ini. Begitu tanya dalam hatiku tak mampu  lepaskan pandangan darinya.
Embun tebal yang menutupi pandangan kami tiba- tiba hilang begitu cepat. Bersih dari pandangan, dari bukit- bukit.
“Ya tuhan.. Pria yang menakjubkan..”
 Cahaya lampu pelan- pelan redup mengalahkan sinar mentari. Setiap nadi dan darahku terasa bergetar. Waktu pun terasa ikut berhenti melihat tatapan tajamnya. Perlahan suaranya yang bergetar terdengar berwibawa. Tingkah bodohpun tak mampu kusembunyikan.
Dengan cepat dia menggenggam tanganku, menarikku kesuatu tempat.
Perasaanku berkecamuk, bercampur aduk, tak tau apa yang kurasa. Takut dan senang terpancar dimimik wajahku. Langkahku terhenti disuatu bukit tertinggi dibalik bukit tempat kami bertemu. Hanya satu kalimat yang kudengar ketika dia menarikku ke bukit itu.
“Kau harus melihat malaikat menari- nari disana”
Sepanjang jalan pria itu hanya diam membisu. Yang terdengar hanya desah nafas kami. Desah nafas yang terengah- engah. Akupun tak pernah tau, perasaan apa yang berkecamuk itu. Dengan cepat dia memelukku erat. Membuatku kembali kemasa dimana aku pernah merasakan pelukan yang sama dengan pelukannya. Pandangannya mengarah tajam padaku. Ucapannya membuatku semakin penasaran. Semakin kembali masuk kedalam masa laluku yang terdalam.
Apakah dia orang yang sama.. Apakah itu kamu..
Dengan cepat dia mengalihkan pandanganku. Menatap kearah langit. Mengajakku bersama- sama memandang langit.
“Kau lihat malaikat itu.. kau lihat.. Sebentar lagi kita akan kesana bersamanya. Tapi dia akan mengajakku terlebih dahulu dibanding dirimu”
Lagi- lagi aku terenyah mendengar suaranya yang bergetar. Namun tetap menelaah perkataannya.
“Apa.. Apa yang kau maksud dengan semua ini?”
Dia tetap diam, menutup mata, merentangkan kedua tangannya, dan berteriak.
“Wahai malaikat yang menari- nari. Silahkan bawa diriku. Rasa rinduku telah terlepas saat ini. Dan aku berjanji tidak akan memohonkan hal ini lagi padamu”
Aku merasakan sesuatu yang diluar dugaanku.
Pria ini.. Dia.. Apakah itu kamu.. Ya Tuhan..
Pria itu melepaskan genggamannya, namun aku tak bisa melepaskannya lagi. Melepaskan untuk yang kedua kalinya. Tanpa aku sadari, air mata menetes bercampur linangan keringatku. Tanpa rasa takut dan ragu, aku tau bahwa itu memang dia.
“Sayang.. Aku tau itu kamu.. Kamu dalam wujud yang lain. Karena aku tau semua tentangmu. Bau tubuhmu.. Eratnya pelukanmu.. Hingga rasa hangat dirimu.. aku mengenal itu..”
Pria itu, dia tetap diam. Terdiam hingga embun kembali datang. Menutupi sang surya yang tadi menyinari. Menutupi pandanganku padanya. Dengan curahan tenaga, aku mencoba tetap menggenggam erat tangannya. Tak ingin kulepaskan lagi, karena tak mampu aku dikesendirianku. Tanpa bantuannya, tanpa ada dia disampingku. Dan tiba- tiba, genggamanku terasa longgar. Genggamanku terlepas begitu saja.
 “Sayang.. Maafkan aku.. Kau harus tau.. Akupun tak sanggup melihatmu begitu hancur didunia ini. Aku datang untuk menyampaikan sesuatu. Aku Sangat Menyayangimu. Aku sangat mencintaimu. Aku tak ingin kau berduka atas semua permintaan tuhan ini”
Aku terenyah untuk kesekian kali. Dia pergi dibawa malaikat yang sedang menari- nari tanpa menoleh lagi padaku. tanpa mengucapkan kata selamat tinggal. Tanpa mempedulikan diriku. Ini begitu berat buatku. Begitu menyesakkan dada. Begitu membuat hatiku terluka dengan kepergiannya.
”Aku ingin kau bahagia. Aku ingin kau memiliki keturunan. Jangan tunggu aku lagi. Jangan siksa dirimu lagi sayang. Akan sia- sia semua kerjamu ini. Aku tau kau wanita kuat. Kau pasti mampu menjalaninya.”
Aku memahami suatu saat nanti dikehidupan yang selanjutnya, cinta kami akan abadi. Tapi, otakku tak mampu menerima semua ini. Dikehidupan ini, dikesendirianku.
Semenit setelah para malaikat kembali membawanya. Aku terdiam, duduk dirumput tempat kami berpijak. Berfikir sejenak. Menelaah lagi semua yang baru saja terjadi. Mencoba mengontrol diriku. Dari kelemasan, aku bangkit. Bangkit dari ketidaksanggupanku. Berlari menuruni bukit yang membawaku ketempat itu. Berlari tanpa tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Berlari tanpa arah, berlinang air mata. Berlari, dan terus berlari, tanpaku sadari seorang pria bertubrukan denganku. Begitu keras terasa tubrukan itu. Hinggaku tak sadari keberadaanku ditempat itu. Terbangun dari tidurku. Dia menyapaku, membersihkan lukaku.
“Apa kau sudah merasa baikan?”
Suaranya terdengar bergetar. Aku merasa telah kembali ke alam sadar. Segelas air hangat disuguhkannya. Aroma teraphi terasa diruangan itu. Menyadari akan kondisi diriku, pria itu tak berusaha mencari tau tentangku. Tentang apa yang terjadi. Namun terlihat rasa penasaran dimimik wajahnya.
Perlahan aku berusaha bangkit. Berbicara walau hanya sepatah saja. Ucapan terimakasih aku sampaikan pada pria itu. Dia tersenyum sembari menyiapkan makanan untukku. Dengan lembut dia membantu mengangkat tubuhku yang masih lemas itu. Duduk disampingku dengan aroma segar bau tubuhnya. Dengan rambut yang masih basah, pakaian yang rapi, dia menyuguhkan makanan padaku. Aku menerima dengan senang tanpa ada perasaan pria ini akan menyakitiku.
Baru kusadari, ketika kulangkahkan kakiku kebagian jendela rumah itu. Kulihat pemandangan yang begitu indah. Dengan cahaya sang surya yang begitu menghangatkan bukit. Akupun teringat kembali akan kabut embun yang begitu tebalnya subuh tadi. Namun aku tak bisa memastikan apakah semua yang kualami pagi itu nyata adanya.
“Aku Niko..”
Aku menatapnya dan memperhatikan sekeliling. Tak seorang pun selain dirinya yang mendiami tempat itu. Aku menyadari bahwa dia, pria yang memperkenalkan dirinya itu, adalah seorang pria baik. Terlihat dari caranya memanjakanku.
“Apa yang kau lakukan di tempat ini?”
Aku dibuatnya penasaran. Lagi- lagi, begitu banyak pertanyaan yang akan aku sampaikan padanya. Bagaimana mungkin dia tinggal ditempat seperti ini sendirian. Bagaimana mungkin dia bisa membawaku dari tempat itu hingga kerumah ini. Saat aku perhatikan, sungguh tak mungkin dia mampu mengangkat tubuhku yang 45 Kg dengan ketinggian bukit seperti ini.
Sudah cukup rasa penasaranku. Yang aku butuhkan saat ini hanyalah ketenangan. Mungkin saja pria ini mampu menjadi obatku. Semoga saja dia dapat membantuku. Membantu keluar dari masa lalu.
Sejenak aku terdiam memandang jauh kebukit itu. Berharap dapat melihat para malaikat menari- nari di atas sana. Namun nihil memang, langit begitu bersih. Tak ada awan putih disana. Semua yang kulihat hanya angkasa raya, berwarna biru, begitu menyilaukan berbaur dengan sinar sang surya.

         Niko datang entah dari mana. Lantai yang berbahan papan itu menyadarkanku. Ketika aku berdiri menusuri jendela.
Tak terdengar olehku langkahnya berdiri dari balik meja tempat kami menyantap makanan. Namun tiba- tiba dengan cepat dia berada disampingku dan menjawab pertanyaanku.
“Aku sedang melakukan penelitian dikampung ini. Kepala desa merekomendasikanku menginap dirumah ini”
Begitu Niko menerangkan keberadaannya di tempat itu. Aku menerima penjelasannya tanpa berpikir panjang. Tanpa berpikir apakah itu benar atau tidak. Sebentar Niko menghilang dari pandanganku. Dengan cepat dia berada diluar jendela membelah kayu bakar untuk keperluan penerangan nanti malam. Begitu yang dia sampaikan.
Aku berjalan keluar menusuri lantai tua itu dengan suara langkah yang khas. Langkahku terdengar keras. Tanya dalam hatiku. Bagaimana mungkin Niko melewati lantai tanpa suara seperti ini. Pikiran negatif itu langsung kuhapuskan dari otakku.
Kuhampiri dia yang tengah membelah kayu. Kuperhatikan matanya yang tulus. Dengan badan yang cukup tegap. Tentulah banyak wanita dikampus yang mengidam- idamkan dirinya.
Cukup puas aku memandangnya. Terdengar suaranya yang segar menggema.
“Jika kau terus memandangku seperti itu, kau bisa saja jatuh cinta padaku. Dan jika kau telah jatuh cinta, kau tak kan bisa melupakanku..”
Ya tuhan, suara dan ungkapannya begitu menyayat hati. Membuatku bergetar, membuatku merasakan kembali rasa itu. Tanpa memandangku, seolah dia tau apa yang kurasakan. Sekejab dia menghampiriku. Menancapkan kapaknya di belahan kayu terakhir. Duduk disampingku dengan bau keringat yang khas. Mengajakku bicara, memintaku menceritakan semua yang kualami. Namun, aku sendiri tak mampu membagi cerita itu dengannya. Entah apa yang merasukiku, kejadian ini cukup menjadi rahasiaku dan dia yang telah meninggalkanku untuk selamanya.
Dengan cepat tiba- tiba dia menggenggamku. Mengambilku dan menyandarkanku ditubuhnya. Membuatku kembali terhanyut. Dan ini, ini lah yang aku butuhkan. Sebuah rangkulan kuat yang membuatku merasa nyaman, merasa terlindungi. Hangat tubuh dan aroma keringatnya akan tersimpan terus dimemoriku. Dalam lamunanku, menuju ambang tidurkku, sayup aku mendengarnya bicara.
“Aku akan membantumu keluar dari masa lalumu. Mengeluarkanmu dari kesedihan yang bertahun- tahun kau alami. Dan membawamu ketempat indah yang mampu membuatmu bahagia”
Aku merasakan kebahagiaan yang tak tertuga saat itu. Namun bertumpuk pertanyaan yang belum sempat kusampaikan. Sedikit rasa sakitku terobati. Dia, dia yang kudambakan hadir dalam hidupku bertahun- tahun lamanya.
Sore mulai menghampiri wajah kami. Saatnya untukku bersiap- siap berangkat pulang ke Desa sebelah. Namun sore dikala itu memang sore yang indah. Sore yang tak pernah kualami sebelumnya. Sinar sang surya menerpa seluruh bukit. Dengan cahayanya yang mulai redup. Niko menghampiriku dan memintaku masuk kerumah. Pikiranku terganggu. Apa mungkin aku bisa tidur serumah dengan orang yang baru saja aku kenal. Bagaimana mungkin itu bisa terjadi.
Malam semakin larut. Aku segera masuk kerumah tanpa paksaan darinya. Di malam yang gelap, Niko menyalakan api unggun diluar rumah untuk menghangatkan tubuh kami. Sejenak aku terdiam, begitu pula Niko. Sayut- sayut mulai terdengar berbagai keributan yang diciptakan oleh binatang liar yang bersemayam diperbukitan sana. Ini adalah kali pertama dimana aku pernah mengalami hal seperti ini.
Niko duduk terdiam. Memejamkan mata menikmati suara binatang- binatang yang berkecamuk disana. Memikirkan sedang apa mereka, apa yang mereka lakukan.
Ketika itu, dari kejauhan aku mendengar langkah seseorang. Terengah- engah dengan suara yang jelas sekali terdengar. Menyibak rerumputan yang tinggi didepan rumah itu. Dengan suaranya yang keras dan tua, membuatku terkaget setengah mati.
“Niko !!!”
Kakek itu memanggil Niko dengan suara khas orang tua.
“Kakek, mari aku bawakan kayunya”
Niko berlari menusuri kakek tua yang aku temui subuh tadi. Apa hubungan mereka, ada yang aneh disini. Ada yang tidak jelas, ada apa, ada apa sebenarnya disini.
“Pee, ada apa?”
Niko???, ada apa ini. Apa tadi aku sudah memperkenalkan diriku padanya. Niko terdiam ketika sesaat aku terpaku dengan lamunanku sendiri. Seolah Niko menyadari semua hal yang menimpaku. Dia berpaling dan bertanya akan semuanya.

Bersambung..